rut Rani sth yang kepilih kurang co Menu cocok jadi mengikuti arah pandangan Gil.
Ser mereka pada ber-ooo….
ria samp mulut pada bolong.
Lalu ada suit-suit dan celetukan-celetukan norak.
Serempalk Gue point delapan koma lima deh buat tuh body!" mata yang kayak keranjang beneran milik Reno melotot ijo kuning kelabu pada makhluk manis yang kini duduk santai di sebuah meja di sudut sana.
"Gue ponit sembilan buat mukanya yang kayak rembulan itu …" Celetuk Ben kali ini disambut jitakan Suryo.
Rembulan itu jelek, bego lo.
Bergenjulan melulu.
Wajah Rani segitu cakepnya dibi- lang mirip rembulan.
Rembulan mbahmu!" Lalu ada tawa lagi.
Rame sekali.
"Eh tapi, gue cuma ngasih point empat ah!" Kelima wajah itu kompak mengalihkan pandangannya ke wajah Gugun.
Akan ada tanya 'kenapa' dari masing-masing mulut.
Tapi tak jadi keluar karena sebelum sempet.
Gugun sudah meneruskan celetuknya.
"Buat kakinya yang kutu aer, badannya yang panuan dan rambutnya yang ketom bean.
Belum lagi tu cewek kalo kentut nge base banget.
Pointnya makin berkurang.
jalan.
Nggak enak juga khan.
kalau bawa cewek kayak bawa bungkusan kacan diumpetin kalau ditempat rame, bar dibuka jika mau nyantai dan bersepi-sepi Ihh ada-ada saja tuh pepatah.
Ngaco se- mua.
Tapi ada gosip baru di era milenium ini yang membuat Gil agak terhambat anali- sanya.
Akhir-akhir ini ada selentingan di sekitar kampus.
Katanya banyak cewek kampus yang kerja sampingan nemenin om- om yang butuh hiburan.
Dan katanya lagi , yang jadi ayam kampus-istilah baru lagi cling adalah cewekcewek yang terbilang punya paras cantik dan body seksi.
"Makanya, kalo lo mau cari pacar cewek kampus gue saranin jangan yang terlalu kecakepan deh.
Lho, lantas gue mesti pacaran dengan cewek apa dong," "Udah, balik aja ke si Mimi.
Dia bakal rela kok nampung elo!" Ledek sambil cengar-cengir.
Gil purapura bergidik, masih trauma kali dengan kesablengan Mimi.
"Lo ambil aja deh Ben, gue rela kok!" B Gil.
Si Ben malah meremin mu mukanya yakin apa kita mampu membersihk Her? Perasaan kamu dan Wini menjadi semacam pasir dan debu mengotori hubungan kita.
Dan aku bisa tutup mata seraya berujar nggak ada apa apa.
Tapi tidak dengan hatiku Her! Di dalam sini aku tersiksa.
Hatiku nggak bisa diajak kompromi.
Sudah sering aku tepis, tapi kadang muncul lagi bayangan itu, mengganggu sekali.
Lalu akan lebih parah bila ada Wini di tengah-tengah kita.
Kemarin itu aku nggak semata marah sama dia.
Tapi lebih pada diriku sendiri.
Aku merasa tak enak hati bila memperlihatka kemesaraan atau tak sengaja terlihat oleh Wini saat aku berduaan dengan kamu.
Aku merasakan kecemburuan Wini yang mungkin ia pendam dalam-dalam.
Aku aku tak tega Her! Dan bila rasa itu timbul aku jadi merasa benci, entah pada siapa Mungkin pada diriku sendiri".
Suara Dina lirih, penuh kegirisarn.
sudah Lal yakin pada kesungguhanku padamu Din Tampak sekali Heri begitu kebingun Dina menarik bibir bagusnya, sebentuk senyum yang lembut.
u, apa yang mesti kulakukan agar mencipta "Her, ini bukan masalah yakin atau tangan.
Lalu secepat kilat kecupan menyentuh bibir Heri.
Cowok itu tak se mengelak.
la masih melongo, begitu saat gadis itu lari meninggalkannya.
begitu purn kikk Angin malam yang berhembus tanpa suara melengkapkan kesunyian suasana sekitar, Hanya hawa dingin yang menye- lusup yang menandakan ada udara yang bergerak.
Dina merapatkan jaket kausnya mencoba mengusir dingin yang yang menembus pori sampai ke tulang sumsum.
Hanya dengan nafas yang sesekali terhempas dari mulut masing-masing yang jadi pertanda kedua makhluk yang saling duduk bersebrangan itu bukan patung.
Tapi dua makhluk hidup yang sedang diselimut kegalauan "Din, Wini minta maaf Tadi sore dia ke rumahku, minta tolong menyampaikan maaffnya padamu.
Kamu… masih sama día?" Heri berinisiatif membuka suard Bosan juga karena sejak tadi cuma disuguhi sikap diam Dina.
marah tangan.
Lalu secepat kilat kecupa menyentuh bibir Heri.
Cowok itu tak sen mengelak.
la masih melongo, begitu saat gadis itu lari meninggalkannya kks Angin malam yang berhembus tanpa suara melengkapkan kesunyian suasana sekitar, Hanya hawa dingin yang menye- lusup yang menandakan ada udara yang bergerak.
Dina merapatkan jaket kausnya mencoba mengusir dingin yang yang menembus pori sampai ke tulang sumsum.
Ser mereka pada ber-ooo….
ria samp mulut pada bolong.
Lalu ada suit-suit dan celetukan-celetukan norak.
Serempalk Gue point delapan koma lima deh buat tuh body!" mata yang kayak keranjang beneran milik Reno melotot ijo kuning kelabu pada makhluk manis yang kini duduk santai di sebuah meja di sudut sana.
"Gue ponit sembilan buat mukanya yang kayak rembulan itu …" Celetuk Ben kali ini disambut jitakan Suryo.
Rembulan itu jelek, bego lo.
Bergenjulan melulu.
Wajah Rani segitu cakepnya dibi- lang mirip rembulan.
Rembulan mbahmu!" Lalu ada tawa lagi.
Rame sekali.
"Eh tapi, gue cuma ngasih point empat ah!" Kelima wajah itu kompak mengalihkan pandangannya ke wajah Gugun.
Akan ada tanya 'kenapa' dari masing-masing mulut.
Tapi tak jadi keluar karena sebelum sempet.
Gugun sudah meneruskan celetuknya.
"Buat kakinya yang kutu aer, badannya yang panuan dan rambutnya yang ketom bean.
Belum lagi tu cewek kalo kentut nge base banget.
Pointnya makin berkurang.
jalan.
Nggak enak juga khan.
kalau bawa cewek kayak bawa bungkusan kacan diumpetin kalau ditempat rame, bar dibuka jika mau nyantai dan bersepi-sepi Ihh ada-ada saja tuh pepatah.
Ngaco se- mua.
Tapi ada gosip baru di era milenium ini yang membuat Gil agak terhambat anali- sanya.
Akhir-akhir ini ada selentingan di sekitar kampus.
Katanya banyak cewek kampus yang kerja sampingan nemenin om- om yang butuh hiburan.
Dan katanya lagi , yang jadi ayam kampus-istilah baru lagi cling adalah cewekcewek yang terbilang punya paras cantik dan body seksi.
"Makanya, kalo lo mau cari pacar cewek kampus gue saranin jangan yang terlalu kecakepan deh.
Seperti angin, mereka pun asyik dalam kebisuan
Bahaya!" Saran Reno sok serius.Lho, lantas gue mesti pacaran dengan cewek apa dong," "Udah, balik aja ke si Mimi.
Dia bakal rela kok nampung elo!" Ledek sambil cengar-cengir.
Gil purapura bergidik, masih trauma kali dengan kesablengan Mimi.
"Lo ambil aja deh Ben, gue rela kok!" B Gil.
Si Ben malah meremin mu mukanya yakin apa kita mampu membersihk Her? Perasaan kamu dan Wini menjadi semacam pasir dan debu mengotori hubungan kita.
Dan aku bisa tutup mata seraya berujar nggak ada apa apa.
Tapi tidak dengan hatiku Her! Di dalam sini aku tersiksa.
Hatiku nggak bisa diajak kompromi.
Sudah sering aku tepis, tapi kadang muncul lagi bayangan itu, mengganggu sekali.
Lalu akan lebih parah bila ada Wini di tengah-tengah kita.
Kemarin itu aku nggak semata marah sama dia.
Tapi lebih pada diriku sendiri.
Aku merasa tak enak hati bila memperlihatka kemesaraan atau tak sengaja terlihat oleh Wini saat aku berduaan dengan kamu.
Aku merasakan kecemburuan Wini yang mungkin ia pendam dalam-dalam.
Aku aku tak tega Her! Dan bila rasa itu timbul aku jadi merasa benci, entah pada siapa Mungkin pada diriku sendiri".
Suara Dina lirih, penuh kegirisarn.
sudah Lal yakin pada kesungguhanku padamu Din Tampak sekali Heri begitu kebingun Dina menarik bibir bagusnya, sebentuk senyum yang lembut.
u, apa yang mesti kulakukan agar mencipta "Her, ini bukan masalah yakin atau tangan.
Lalu secepat kilat kecupan menyentuh bibir Heri.
Cowok itu tak se mengelak.
la masih melongo, begitu saat gadis itu lari meninggalkannya.
begitu purn kikk Angin malam yang berhembus tanpa suara melengkapkan kesunyian suasana sekitar, Hanya hawa dingin yang menye- lusup yang menandakan ada udara yang bergerak.
Dina merapatkan jaket kausnya mencoba mengusir dingin yang yang menembus pori sampai ke tulang sumsum.
Seperti angin, mereka pun asyik dalam kebisuan
Seperti angin, mereka pun asyik dalam kebisuan.Hanya dengan nafas yang sesekali terhempas dari mulut masing-masing yang jadi pertanda kedua makhluk yang saling duduk bersebrangan itu bukan patung.
Tapi dua makhluk hidup yang sedang diselimut kegalauan "Din, Wini minta maaf Tadi sore dia ke rumahku, minta tolong menyampaikan maaffnya padamu.
Kamu… masih sama día?" Heri berinisiatif membuka suard Bosan juga karena sejak tadi cuma disuguhi sikap diam Dina.
marah tangan.
Lalu secepat kilat kecupa menyentuh bibir Heri.
Cowok itu tak sen mengelak.
la masih melongo, begitu saat gadis itu lari meninggalkannya kks Angin malam yang berhembus tanpa suara melengkapkan kesunyian suasana sekitar, Hanya hawa dingin yang menye- lusup yang menandakan ada udara yang bergerak.
Dina merapatkan jaket kausnya mencoba mengusir dingin yang yang menembus pori sampai ke tulang sumsum.
Comments
Post a Comment