Skip to main content

Posts

Showing posts from February, 2019

Tapi kadonya buat gue lo Vin! Emang gue urusin

Lo beda dengan yang lain, tapi sayang, rasa gue cuma ber tepuk sebelah tangan!" Kali ini Vin bukan hanya diam, tapi balas meremas tangan Rere. Langkah Vin mengendap endap menaiki anak tangga menuju kamarnya yang ada di lantai atas. la agak cemas, mungkin ta Rin sempet mengintipnya lewat jendela kaca ia diantar Rere. Vin melihat kamar Rin terang benderang menandakan penghun nya ada di kamar dan sedang mele Perasaan tak itu kembali menjalar, Vin tak tahu bagaimana reaksi Rin nanti di Rere juga sih! Cowok itu yang maksa mau nganterin sampai depan rumah Padahal Vin sudah berusaha menceg Itu akan menyakitkan buat Rin. Tapi Rere sepertinya tak peduli, suka. ltu ajaran Mama untuk perlakuan mereka sebagai anak kembar Rin tetep ngambek Re. Gue nggak tahan terus-terusan dikecutin dia. Biasanya kita suka berangkat sekolah bareng, apa-apa bareng, Tapi gara-gara lo ngomongin gue aja dia ngambeknya uggak mau berhenti, r Dari dulu juga dia gitu. Kalau ada barang- nya yang gue usi

Heri dan Wini s rius sekali dengan kata kata maafnya

Seperti angin, mereka pun asyik dalam kebisuan. Hanya dengan nafas yang sesekali terhempas dari mulut masing-masing yang jadi pertanda kedua makhluk yang saling duduk bersebrangan itu bukan patung. Tapi dua makhluk hidup yang sedang diselimut kegalauan "Din, Wini minta maaf Tadi sore dia ke rumahku, minta tolong menyampaikan maaffnya padamu. Kamu masih marah sama dia?" Heri berinisiatif membuka suara Bosan juga karena sejak tadi cuma disuguhi sikap diam Dina. adalah suatu kehkilafan? Karena me beg selalu ganggu kami?" Win, bukankah dulu kita sudah sepakat untuk menganggap apa yang kita lakukan mang itu khan adanya. Tapi kenapa kamu "Her, cukup!" Wini menutup kupingnya seiring gelengan keras. Aku tahu, aku ngerti. Aku juga sudah mencoba menganggap semua itu hanya sebuah kekhilafan. Aku ikhlas Her, asal hubunganmu dengan Dina tetap berjalan. "Di dalam sini tak bisa berbohong, aku sayang kamu! Cuma aku sadar rasa itu datang tidak tepat. Se

Seperti angin, mereka pun asyik dalam kebisuan

rut Rani sth yang kepilih kurang co Menu cocok jadi mengikuti arah pandangan Gil. Ser mereka pada ber-ooo…. ria samp mulut pada bolong. Lalu ada suit-suit dan celetukan-celetukan norak. Serempalk Gue point delapan koma lima deh buat tuh body!" mata yang kayak keranjang beneran milik Reno melotot ijo kuning kelabu pada makhluk manis yang kini duduk santai di sebuah meja di sudut sana. "Gue ponit sembilan buat mukanya yang kayak rembulan itu …" Celetuk Ben kali ini disambut jitakan Suryo. Rembulan itu jelek, bego lo. Bergenjulan melulu. Wajah Rani segitu cakepnya dibi- lang mirip rembulan. Rembulan mbahmu!" Lalu ada tawa lagi. Rame sekali. "Eh tapi, gue cuma ngasih point empat ah!" Kelima wajah itu kompak mengalihkan pandangannya ke wajah Gugun. Akan ada tanya 'kenapa' dari masing-masing mulut. Tapi tak jadi keluar karena sebelum sempet. Gugun sudah meneruskan celetuknya. "Buat kakinya yang kutu aer, badannya yang p

Sedang di dalam, bapak ibu Rani tengah anteng menonton siaran tele- visi.

Tiba- merebak. Mungkin prihatin. Mungkin ne langsa. Sebongkah tanya yang bergemu dalam dasar dada hanya berawal dengat kenapa?" Tandas Gil tak menemlka wabannya. rul th ja Gil. Reno yang inisiatif buka suara. Sudah lama gue tahu kalau Rani termasuk cewek ayam kampus!" Gil berpaling menatapnya. itu sedang tak apel pula ka Rani telpon akan mengantar neneknya nginep di salah satu rumah anaknya yang lain. Terpaksa malam Minggu ini kembali di lewatkan Gil dengan berangin-angin sambil godain cewek-cewek lewat. Cuek sekali dia. Membaur dengan rombongan group motor antik yang memamerkarn motornya dengan di parkir berjajar di pinggir jalan. rena sore tadi Salah satu yang membawa motor antik itu Roy, adik kelas Gil di es-em-a dulu. Asyik juga punya temen ngobrol sclain trico wek wek itu. Sekolah dimana lo sekarang Roy?" Baru masuk Gil. Cuma ngambil pro- gram diploma saja. Nggak kayak elo mau jadi om sarjana pakar apaan?" "Pakar cewek!"

Wajah itu penuh-penuh menyim pan kebingungan

Cowok itu kece- wa dan melarikan cinta atau entah apa pada sahabat Restu dan gadis itu hanya sakit hati melihat Galih wara-wiri di depan biji mata nya dengan sahabat karibnya. ng Restu sudah tak mikiran dia lagi ketika ia muncul tiba-tiba suatu malam di rumah- nya. Masih dengan sikap nyelenehnya walau Galih bilang mau minta maaf Restu nggak ngerti Galih. Tapi entahlah rasa tak tega dan rasa sensitifnya membuatnya terhanyut arus untuk mencoba memberi kesempatar pada Galih seperti apa katanya. Mungkin juga karena sikap Restu yang masih labi saat itu, yang mulai kehilangan kepercayaa pada sikap baik, dan mulai menyukai pri badi yang tidak mapan seperti Galih. mendekatinya, lambat laun perasaan itu tumbuh perlahan. Tulus apa Mungkin karena dia ndablek dan terus adanya pada Galih hingga Galih mempermalu kannya? Galih telah mempermalukannya serendah itu? Restu terus memacu larinya dengan membawa kekecewaan yang makin cepat merejam dada. la tak bepikir membawa kekecewaan kamana